Selasa, Agustus 02, 2016

MUKMIN ITU CERMIN YANG JERNIH

MUKMIN ITU CERMIN YANG JERNIH

Cermin adalah sebuah benda yang rasanya hampir ada disetiap rumah. Ia selalu digunakan oleh kita. Namun tidak banyak orang yang mampu menarik ibroh (pelajaran) daripadanya untuk meniti kehidupan didunia ini. Baik dalam meningkatkan kualitas diri maupun dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam hadits diatas dikatakan bahwa, seorang mu’min adalah cermin bagi saudaranya yang mu’min, artinya seorang mu’min harus menjadikan mu’min yang lainnya sebagai tempat untuk berkaca (melihat) keadaan dirinya. Karena sesungguhnya cermin akan menggambarkan keadaan orang yang berdiri dihadapannya dengan apa adanya. Disini berarti kita menjadikan mu’min yang lainnya untuk berkaca terhadap setiap kekurangan kita. Bukankah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits ; “Agama itu adalah nasihat, beliau katakan itu tiga kali. Kami bertanya ; Untuk siapa ya Rasulullah ?Beliau menjawab; Untuk Alloh, untuk Rosul-Nya, dan untuk para Imam (pemimpin) serta untuk kaum muslimin.” (HR. Muslim). Sebagai cermin seyogyanya seorang mu’min mampu menampilkan sosok cermin terhadap orang yang bercermin kepadanya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ; “Maukah kutunjukkan kepadamu sebaik-baik manusia ? Para sahabat menjawab, mau ya Rasulullah. Beliau bersabda, yaitu orang yang apabila kamu memandanginya maka akan menjadikan kamu ingat kepada Alloh.” (HR.Ibnu Majah). Dalam memainkan peranan sebagai cermin, seorang mu’min harus terlebih dahulu memahami karakteristik sebuah cermin. Agar cermin yang tampak adalah cermin yang datar (menampilkan apa adanya) serta jernih (bersih dan tidak menutupi). Beberapa karakteristik cermin tersebut antara lain : Pertama, kelemah lembutan. Cermin didalam menampakkan bentuk orang yang bercermin tidak pernah kasar dan membentak, tapi ia katakan bentuk wajah dan kotoran yang melekat diwajahnya dengan lembut dan tanpa suara. Sehingga orang yang bercermin kepadanya secara reflek akan memperbaiki penampilannya dan membersihkan kotoran yang ada pada dirinya. Itu artinya seorang mu’min yang dijadikan cermin oleh mu’min yang lainnya, harus bersikap lembut dalam menyampaikan nasehat dan tidak kasar serta keras hati terhadap saudaranya yang sedang dinasehati. Alloh SWT berfirman dalam Al Qur’an : “Maka disebabkan rahmat Alloh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati, tentulah mereka men-jauhkan diri dari sekelilingmu….” (QS. Ali Imron : 159). Kedua, pandai menyimpan rahasia. Watak cermin adalah tidak pernah menceritakan bentuk wajah orang yang bercermin di hari kemarin kepada orang yang berdiri dihadapannya, sekalipun ia dipecahkan. Artinya seorang mu’min tidak boleh menceritakan aib orang yang telah meminta nasehat kepada dia kemarin kepada orang lain Karena menceritakan aib orang lain yang telah meminta nasehat padanya adalah dilarang Alloh dan merupakan bentuk khianat. Alloh SWT berfirman ; “.. dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya..” (QS. Al Hujurot : 12). Menutupi aurat dan aib seorang muslim adalah keharusan dan dengan itu Alloh akan menutup aibnya kelak dihari kiamat. “Tiada seorang yang menutupi aib (kejelekan) orang didunia, melainkan Alloh akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR. Muslim). Sikap yang baik dalam hal ini adalah diam jika tidak bisa berkata baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ; “Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau dia diam.” (HR. Bukhari- Muslim). Ketiga, tidak pilih kasih. Sebuah cermin tidak pernah menolak siapapun orang yang bercermin kepadanya. Baik orang yang ganteng, buruk, pria, wanita, kaya, miskin, dewasa, anak-anak dan seterusnya. Pendek kata seorang mu’min tidak boleh pilih kasih dalam memberikan nasihat ataupun cerminan terhadap saudaranya, karena manusia tidak terkasta atau terkotak-kotak. Manusia adalah sama derajatnya, yang membedakannya adalah taqwanya. “…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu…” (QS. Al Hujurot : 13) Keempat, setia setiap saat. Cermin adalah sebuah benda yang siap dipakai setiap saat dan selalu menanti siapa yang akan bercermin kepadanya dengan penuh kesetiaan dan tanpa merasa bosan maupun mengeluh. Artinya seorang mu’min harus mampu menjadikan dirinya sebagai cermin yang tak pernah bosan atau mengeluh terhadap setiap permasalahan orang-orang yang meminta nasehat kepadanya Kelima, sabar dan telaten. Cermin tidak pernah protes ataupun marah terhadap berbagai gaya maupun tingkah orang yang berdiri dihadapannya ataupun enggan untuk menampilkan wajah orang tersebut. Ia dengan penuh kesabaran melayani setiap orang dengan berbagai karakternya. Hal ini berarti seorang mu’min harus menjadikan dirinya sebagai orang yang sabar dan harus memahamkan dirinya bahwa setiap orang tidaklah sama karakternya, sehingga ia akan berusaha untuk memahami setiap permasalahan dengan lebih sabar dan telaten. Mengenai keutamaan orang-orang yang sabar, Alloh SWT telah berfirman dalam Al Qur’an : “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Alloh tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. Hud : 115)“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(QS. Az Zumar : 10). Dengan sikap sabar ini Alloh SWT akan meng-anugerahkan sifat-sifat yang baik dan keberuntungan yang besar terhadap kita. “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”(QS. Fushshilat : 35) Keenam, terus terang Diantara karakter cermin yang lainnya adalah keterbukaan dan terus terang dalam memunculkan bentuk orang yang bercermin. Artinya ia tidak pernah merubah wajah yang ganteng menjadi jelek dan sebaliknya, serta tidak pula menampakkan hal hal lain, tapi yang ditampakkan adalah hakikat dan kenyataan. Dalam hal ini cermin mengajarkan jangan sampai mengatakan sesuatu yang bertolak belakang terhadap orang yang sedang dinasehati, tetapi harus mengatakan yang sebenarnya dan ada pada orang tersebut. Tidak asal orang tersebut senang. Gambaran diatas merupakan beberapa karakter khusus sebuah cermin, yang bentuknya mustahil ada pada diri manusia, karena manusia bukanlah cermin. Namun sifat-sifat cermin itulah yang harus ditiru dan diikuti oleh setiap mu’min agar ia mampu menjadi cermin bagi mu’min yang lainnya. Wallahu a’lam bishshowwab. (Az)

Jumat, Juni 10, 2011

KETERBATASAN FISIK BUKAN HALANGAN UNTUK BERKARYA BESAR

Seperti biasa pada kesempatan pulang (oh ya rumah saya di daerah Kabupaten Blitar, sementara tempat bertugasku hingga saat kutulis ini di daerah Papua tepatnya di kota Timika) ada tugas rutin mengantar dan menjemput 'pasukan-pasukanku' di sekolah. Sore itu ketika sedang menunggu anak-anak keluar, secara tak sengaja bertemu salah seorang pengajar tepatnya seorang ustadz baru keluar dari mushola dekat sekolah, diiringi celoteh riang anak-anak. Tampaknya baru selesai kegiatan pengajian rutin sore itu. Segera saja kusalami dan berjabat tangan dan ustadz dengan ramah yang memang senyumnya selalu menghiasi wajahnya. "Assalamu alaikum...apa kabar?" demikian sapanya. "Wa alaikum salam..baik, alhamdulillah ustadz.." jawabku. "Namanya Ustadz Handoko, lengkapnya Wahyu Handoko, atau biasa dipanggil Pak Han", demikian kata istriku ketika aku tanyakan suatu waktu. Beliau itu, lanjut cerita istriku, pendiri yayasan itu (Yayasan Al-Hikmah, Bence-Garum, Blitar,pen).

Jika saja kondisi beliau biasa saja, mungkin tidak begitu ada yang istimewa atau kesan khusus di hatiku. Namun yang sangat memberikan kesan yang cukup mendalam adalah kondisi fisik beliau yang -ma'af- kurang sempurna, justru mampu berkiprah sebagaimana atau bahkan melebihi orang normal lainnya.

Selepas SMA, Handoko ingin menjadi insinyur. Orangtuanya meminta dia masuk fakultas kedokteran atau fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. “Saya bilang kepada orangtua bahwa masuk kedokteran tidak mudah dan saya tidak suka menjadi guru. Saya pernah masuk Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang. Di tahun kedua, tahun 1988, saya pindah ke Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang,” ujarnya.

Kuliah di Unibraw hanya lancar sampai pertengahan semester tiga. Suatu hari, saat pemanasan menjelang bermain badminton, otot panggul kanannya terkilir. Cedera itu menjadi awal penderitaannya. “Cedera itu berkembang menjadi penyakit yang selama bertahun-tahun tidak saya ketahui namanya,” katanya.

Berbagai upaya pengobatan dilakukannya. Berbagai diagnosis disampaikan kepadanya. Sampai akhirnya salah seorang dokter mendiagnosis dia terkena penyakit radang sendi yang menjalar.

“Tahun 1991, selama enam bulan saya tidak bisa bangun dari tempat tidur. Seluruh tubuh, dari kaki sampai leher, tidak bisa digerakkan. Saat itu saya hampir menyerah menghadapi penyakit ini dan merasa masa depan sudah tidak ada. Tahun 1992 saya terpaksa berhenti kuliah karena tidak bisa bergerak,” ucapnya.

Akhir tahun 1992, penderitaannya berangsur berkurang. Ia bisa bergerak lebih leluasa. Sampai saat ini panggul sampai lehernya tidak bisa digerakkan. Tangannya pun tidak bisa diangkat lebih tinggi dari dada.

Begitu bisa bangun dari tempat tidur, Handoko tak mau berdiam diri. Saat berkunjung ke rumah salah seorang kawannya, ia diminta membantu mengajar anak-anak mengaji. “Setelah beberapa kali, saya berpikir mengapa tidak dilakukan di kampung sendiri,” tuturnya.

Di Desa Bence, ia menyampaikan ide itu kepada Ustadz Ali Mahmud yang kemudian meminjamkan ruang tamu rumahnya untuk Taman Pendidikan Al Quran (TPA). “Saya bukan orang yang terlalu pandai mengaji, tetapi saya ingin membagikan sedikit pengetahuan itu kepada orang lain. Saya juga merasa hidup kembali setelah menjadi guru,” katanya.

Dalam beberapa bulan, muridnya bertambah sehingga semakin banyak ruang di rumah Ustadz Ali yang terpakai. Ustadz Ali bahkan terpaksa membuat ruang baru untuk keperluan keluarganya.

Setelah murid semakin banyak, Ustadz Ali menyerahkan tanah seluas 300 meter persegi untuk dikelola sebagai TPA yang dipimpin Ustadz Handoko. Di tanah itu dibuat bangunan yang bisa disekat menjadi empat ruangan. Sesekali, gedung itu dipakai untuk kegiatan warga.

Dengan waktu aktif terbatas, ia dan sebagian pengajar TPA berpikir untuk memanfaatkan gedung agar lebih optimal. Selain itu, sebagian orangtua murid merasa dampak pengajaran keagamaan dan moral di TPA itu tidak optimal karena waktu anak di TPA hanya 1,5 jam. “Kami dan sebagian warga berpikir sekolah formal akan lebih dihargai. Akhirnya, kami mendirikan yayasan dan mulai membuka TK pada akhir 1998,” ujarnya. Cikal bakal yayasan itu adalah tempat Ustadz Handoko mengajar 25 anak desa setempat mengaji. Tempatnya pun menumpang di rumah salah seorang warga desa.

Awal 2001, yayasan itu membuka SD. Sebagian guru TK diminta mengajar di SD itu. “Saya bersyukur ada saja yang membantu sekolah kami. Sekarang, sekolah kami menjadi sekolah laboratorium Konsorsium Pendidikan Islam,” tuturnya.

Untuk membuktikan itu, ia memilih jalan sebagai pengelola sekaligus guru di Yayasan Pendidikan Al Hikmah, Blitar, Jawa Timur. “Padahal, dulu saya benci sekali bila diminta sekolah guru. Sekarang saya menemukan diri saya bisa bermanfaat dengan menjadi guru,” tuturnya. Kebahagiaan Ustadz Handoko dilengkapi dengan kehadiran putra pertamanya, M Safiq Yasir, yang saat ini berusia 5 tahun. Yasir adalah buah perkawinannya dengan Lilis Suryani, guru di SD Al Hikmah, yang disuntingnya pada 22 Oktober 2004.

“Saya ingin membuat sekolah ini lebih bermutu dan berkembang. Suatu saat penyakit saya akan menyebar ke seluruh tubuh dan saya akan kesulitan bergerak. Namun, sebelum saat itu tiba, saya tidak mau berhenti,” tutur putra pertama pasangan Abdul Somad dan Masidatul ini.

“Saya dan adik saya mendapatkan kebahagiaan dengan melakukan ini,” ujar Ustadz Handoko.

Saat ini Yayasan ini (Yayasan Pendidikan Islam Terpadu Al-Hikmah Blitar) mengelola sekolah menengah pertama (SMPIT), sekolah dasar (SDIT), taman kanak-kanak(TKIT), dan kelompok bermain (KBIT)di Desa Bence, Kecamatan Garum, Blitar. Sebanyak lebih dari 300 murid diajar oleh 29 guru yayasan tersebut. Dalam rentang waktu yang relatif muda dibanding sekolah-sekolah lain, sekolah di yayasan tersebut cukup fenomenal, prestasi para lulusannya bahkan dapat melampaui sekolah-sekolah lain, termasuk SMPIT yang saat ini sudah meluluskan untuk yang kedua kali, dengan nilai rata-rata hasil UAN (Ujian Akhir Nasional-pen) tertinggi di Kabupaten Blitar. Besar harapan para wali murid untuk terus mengembangkan sekolah tersebut, karena terbukti cukup berkualitas.

Ya, hasil ini tak lepas kerja keras rintisan Ustadz Handoko (dengan izin Alloh) walau dengan segala keterbatasan namun dengan semangat pantang menyerah, sama sekali tidak menghalangi beliau untuk berkarya besar dan bermanfaat bagi orang lain...

Saudaraku..mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran dari semangat beliau, bisa lebih bersyukur atas segala karunia Alloh SWT yang diberikan kepada kita...Bukankah Rasulullah Shalallohu Alaihi Wasallam bersabda,” …Dan sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia” (HR. Thabrani dan Daruquthni, dishahihkan oleh Syaikh Nashiruddin al Albany dalam “ash shahihah"-nya). Wallohu a’lam.

(Sebagian bersumber dari Kompas, 2006)

Rabu, Juni 08, 2011

ORANG BERIMAN CERMIN YANG JERNIH

Cermin adalah sebuah benda yang rasanya hampir ada disetiap rumah. Ia selalu digunakan oleh kita. Namun tidak banyak orang yang mampu menarik ibroh (pelajaran) daripadanya untuk meniti kehidupan didunia ini. Baik dalam meningkatkan kualitas diri maupun dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam hadits diatas dikatakan bahwa, seorang mu’min adalah cermin bagi saudaranya yang mu’min, artinya seorang mu’min harus menjadikan mu’min yang lainnya sebagai tempat untuk berkaca (melihat) keadaan dirinya. Karena sesungguhnya cermin akan menggambarkan keadaan orang yang berdiri dihadapannya dengan apa adanya. Disini berarti kita menjadikan mu’min yang lainnya untuk berkaca terhadap setiap kekurangan kita. Bukankah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits ; “Agama itu adalah nasihat, beliau katakan itu tiga kali. Kami bertanya ; Untuk siapa ya Rasulullah ?Beliau menjawab; Untuk Alloh, untuk Rosul-Nya, dan untuk para Imam (pemimpin) serta untuk kaum muslimin.” (HR. Muslim). Sebagai cermin seyogyanya seorang mu’min mampu menampilkan sosok cermin terhadap orang yang bercermin kepadanya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ; “Maukah kutunjukkan kepadamu sebaik-baik manusia ? Para sahabat menjawab, mau ya Rasulullah. Beliau bersabda, yaitu orang yang apabila kamu memandanginya maka akan menjadikan kamu ingat kepada Alloh.” (HR.Ibnu Majah).
Dalam memainkan peranan sebagai cermin, seorang mu’min harus terlebih dahulu memahami karakteristik sebuah cermin. Agar cermin yang tampak adalah cermin yang datar (menampilkan apa adanya) serta jernih (bersih dan tidak menutupi). Beberapa karakteristik cermin tersebut antara lain :
Pertama, kelemah lembutan.
Cermin didalam menampakkan bentuk orang yang bercermin tidak pernah kasar dan membentak, tapi ia katakan bentuk wajah dan kotoran yang melekat diwajahnya dengan lembut dan tanpa suara. Sehingga orang yang bercermin kepadanya secara reflek akan memperbaiki penampilannya dan membersihkan kotoran yang ada pada dirinya. Itu artinya seorang mu’min yang dijadikan cermin oleh mu’min yang lainnya, harus bersikap lembut dalam menyampaikan nasehat dan tidak kasar serta keras hati terhadap saudaranya yang sedang dinasehati. Alloh SWT berfirman dalam Al Qur’an : “Maka disebabkan rahmat Alloh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati, tentulah mereka men-jauhkan diri dari sekelilingmu....” (QS. Ali Imron : 159).
Kedua, pandai menyimpan rahasia.
Watak cermin adalah tidak pernah menceritakan bentuk wajah orang yang bercermin di hari kemarin kepada orang yang berdiri dihadapannya, sekalipun ia dipecahkan. Artinya seorang mu’min tidak boleh menceritakan aib orang yang telah meminta nasehat kepada dia kemarin kepada orang lain Karena menceritakan aib orang lain yang telah meminta nasehat padanya adalah dilarang Alloh dan merupakan bentuk khianat. Alloh SWT berfirman ; “.. dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya..” (QS. Al Hujurot : 12). Menutupi aurat dan aib seorang muslim adalah keharusan dan dengan itu Alloh akan menutup aibnya kelak dihari kiamat. “Tiada seorang yang menutupi aib (kejelekan) orang didunia, melainkan Alloh akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR. Muslim). Sikap yang baik dalam hal ini adalah diam jika tidak bisa berkata baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ; “Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau dia diam.” (HR. Bukhari- Muslim).
Ketiga, tidak pilih kasih.
Sebuah cermin tidak pernah menolak siapapun orang yang bercermin kepadanya. Baik orang yang ganteng, buruk, pria, wanita, kaya, miskin, dewasa, anak-anak dan seterusnya. Pendek kata seorang mu’min tidak boleh pilih kasih dalam memberikan nasihat ataupun cerminan terhadap saudaranya, karena manusia tidak terkasta atau terkotak-kotak. Manusia adalah sama derajatnya, yang membedakannya adalah taqwanya. “...Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu...” (QS. Al Hujurot : 13)
Keempat, setia setiap saat.
Cermin adalah sebuah benda yang siap dipakai setiap saat dan selalu menanti siapa yang akan bercermin kepadanya dengan penuh kesetiaan dan tanpa merasa bosan maupun mengeluh. Artinya seorang mu’min harus mampu menjadikan dirinya sebagai cermin yang tak pernah bosan atau mengeluh terhadap setiap permasalahan orang-orang yang meminta nasehat kepadanya
Kelima, sabar dan telaten.
Cermin tidak pernah protes ataupun marah terhadap berbagai gaya maupun tingkah orang yang berdiri dihadapannya ataupun enggan untuk menampilkan wajah orang tersebut. Ia dengan penuh kesabaran melayani setiap orang dengan berbagai karakternya. Hal ini berarti seorang mu’min harus menjadikan dirinya sebagai orang yang sabar dan harus memahamkan dirinya bahwa setiap orang tidaklah sama karakternya, sehingga ia akan berusaha untuk memahami setiap permasalahan dengan lebih sabar dan telaten. Mengenai keutamaan orang-orang yang sabar, Alloh SWT telah berfirman dalam Al Qur’an : “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Alloh tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. Hud : 115)“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(QS. Az Zumar : 10). Dengan sikap sabar ini Alloh SWT akan meng-anugerahkan sifat-sifat yang baik dan keberuntungan yang besar terhadap kita.
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”(QS. Fushshilat : 35)
Keenam, terus terang
Diantara karakter cermin yang lainnya adalah keterbukaan dan terus terang dalam memunculkan bentuk orang yang bercermin. Artinya ia tidak pernah merubah wajah yang ganteng menjadi jelek dan sebaliknya, serta tidak pula menampakkan hal hal lain, tapi yang ditampakkan adalah hakikat dan kenyataan. Dalam hal ini cermin mengajarkan jangan sampai mengatakan sesuatu yang bertolak belakang terhadap orang yang sedang dinasehati, tetapi harus mengatakan yang sebenarnya dan ada pada orang tersebut. Tidak asal orang tersebut senang.
Gambaran diatas merupakan beberapa karakter khusus sebuah cermin, yang bentuknya mustahil ada pada diri manusia, karena manusia bukanlah cermin. Namun sifat-sifat cermin itulah yang harus ditiru dan diikuti oleh setiap mu’min agar ia mampu menjadi cermin bagi mu’min yang lainnya. Wallahu a’lam bishshowwab. (Az)

Kamis, September 03, 2009

Musibah ini Ujian atau Adzab?


Brrrggg....sore itu Rabu tanggal 1 September 2009 kurang lebih pukul 14.55 WIB telah terjadi gempa tektonik berkekuatan 7,3 Skala Richter yang berpusat di Samudera Indonesia di kawasan Tasikmalaya. Getaran gempa tersebut terasa sampai seluruh wilayah Jawa Barat, Banten, Jakarta, bahkan hingga wilayah Semarang Jawa tengah. Kontan kejadian tersebut membuat masyarakat panik. Ada yang berlarian ke sana kemari, yang keluar dari salon, cukurannya belum selesai, bahkan saking paniknya ada yang keluar rumah gak sempat pakai celana, ada pasien lari keluar RS sambil membawa sendiri botol infusnya, gedung-gedung banyak yang retak, rumah-rumah roboh,korban jiwa mulai berjatuhan, korban material sudah tak terhitung, ribuan bangunan rusak berat, termasuk fasilitas komunikasi, penerangan, dan lain-lain. Rasanya masih segar ingatan dahsyatnya musibah tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 yang Masya Alloh...luar biasa korban jiwa dan material, tahun 2005 terjadi gempa besar yang melanda Yogyakarta, dengan korban jiwa dan material yang juga cukup besar. Setiap kali musibah besar menimpa kita, negeri ini menangis, meratap, mohon ampun pada Alloh...namun Yaa Alloh..setelah berlalu, banyak yang kembali lalai, seolah tak pernah ada hal-hal yang diambil pelajaran dari kajadian-kejadian tersebut. Belum lagi bencana-bencana lain seperti musibah transportasi, banjir, kriminalitas dengan modus operandi baru, munculnya aliran-aliran sesat, terorisme berikut fitnah yang menimpa ummat ini. Sementara para pemimpin sedang berselisih bagaimana mengelola negeri ini, para politisi ramai-ramai berebut pengaruh dan posisi, di sisi lain kesenjangan ekonomi yang makin melebar membuat sebagian orang tidak (kuat menahan) sabar memilih jalan pintas demi perut yang lapar atau memang ada juga yang rakus..

Saya kadang merasa kita ini seperti anak bandel yang ketika mendapatkan hukuman dari ortu kita, tobat-tobat minta ampun, tapi begitu selesai yaa ngulangi lagi kelalaian-kelalaian yang sama, begituu terus. Apa kita ini seperti orang bebal yang sudah nggak mempan lagi peringatan atau nasihat, bahkan dari Alloh SWT sendiri, Yang Menghidupkan dan Mematikan kita? Yang Memberi Rizqi kita? Saya yakin sekali bahwa Alloh sangat sayang pada kita (bahkan Kasih SayangNYa melebihi kemurkaanNya), sehingga sebandel apapun kita masih diberi peringatan dengan caraNya..sudah tahu kalo posisi geografis negeri ini di atas pertemuan dua lempeng benua Austro - Asia(demikian kata ahli geologi) sehingga tentu potensi terjadi gerakan lempeng kerak bumi sangat besar yang efeknya yaa gempa itu, namun kelakuan kita ini terlalu berani meremehkan, bahkan menantang Alloh, setidaknya lalai (ma'af kalau kata-kata saya agak 'lebay' ya?...). Saya juga yakin Sabda Nabi saw, “Sesungguhnya besarnya pahala sesuai dgn besarnya ujian, dan
sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan mengujinya” (At-Tirmidzi). ”Tidaklah musibah menimpa seorang... mukmin berupa penderitaan, kesusahan, penyakit, kesedihan bahkan kegelisahan, kecuali Allah menghapuskan
kesalahannya” (Muslim)...
Namun jika terlalu banyak kedzoliman maka bisa jadi yang terjadi merupakan apa yang Alloh firmankan: "Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka
sedang tidur?Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?

Saya berharap rahmat dan hidayah di bulan Ramadhon ini mampu menembus relung hati orang-orang masih terlupa, mudah-mudahan mushibah ini membawa kebaikan, penyadaran manusia kepada Penciptanya. Semoga saja...