Selasa, Agustus 02, 2016

MUKMIN ITU CERMIN YANG JERNIH

Cermin adalah sebuah benda yang rasanya hampir ada disetiap rumah. Ia selalu digunakan oleh kita. Namun tidak banyak orang yang mampu menarik ibroh (pelajaran) daripadanya untuk meniti kehidupan didunia ini. Baik dalam meningkatkan kualitas diri maupun dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam hadits diatas dikatakan bahwa, seorang mu’min adalah cermin bagi saudaranya yang mu’min, artinya seorang mu’min harus menjadikan mu’min yang lainnya sebagai tempat untuk berkaca (melihat) keadaan dirinya. Karena sesungguhnya cermin akan menggambarkan keadaan orang yang berdiri dihadapannya dengan apa adanya. Disini berarti kita menjadikan mu’min yang lainnya untuk berkaca terhadap setiap kekurangan kita. Bukankah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits ; “Agama itu adalah nasihat, beliau katakan itu tiga kali. Kami bertanya ; Untuk siapa ya Rasulullah ?Beliau menjawab; Untuk Alloh, untuk Rosul-Nya, dan untuk para Imam (pemimpin) serta untuk kaum muslimin.” (HR. Muslim). Sebagai cermin seyogyanya seorang mu’min mampu menampilkan sosok cermin terhadap orang yang bercermin kepadanya. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ; “Maukah kutunjukkan kepadamu sebaik-baik manusia ? Para sahabat menjawab, mau ya Rasulullah. Beliau bersabda, yaitu orang yang apabila kamu memandanginya maka akan menjadikan kamu ingat kepada Alloh.” (HR.Ibnu Majah). Dalam memainkan peranan sebagai cermin, seorang mu’min harus terlebih dahulu memahami karakteristik sebuah cermin. Agar cermin yang tampak adalah cermin yang datar (menampilkan apa adanya) serta jernih (bersih dan tidak menutupi). Beberapa karakteristik cermin tersebut antara lain : Pertama, kelemah lembutan. Cermin didalam menampakkan bentuk orang yang bercermin tidak pernah kasar dan membentak, tapi ia katakan bentuk wajah dan kotoran yang melekat diwajahnya dengan lembut dan tanpa suara. Sehingga orang yang bercermin kepadanya secara reflek akan memperbaiki penampilannya dan membersihkan kotoran yang ada pada dirinya. Itu artinya seorang mu’min yang dijadikan cermin oleh mu’min yang lainnya, harus bersikap lembut dalam menyampaikan nasehat dan tidak kasar serta keras hati terhadap saudaranya yang sedang dinasehati. Alloh SWT berfirman dalam Al Qur’an : “Maka disebabkan rahmat Alloh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati, tentulah mereka men-jauhkan diri dari sekelilingmu….” (QS. Ali Imron : 159). Kedua, pandai menyimpan rahasia. Watak cermin adalah tidak pernah menceritakan bentuk wajah orang yang bercermin di hari kemarin kepada orang yang berdiri dihadapannya, sekalipun ia dipecahkan. Artinya seorang mu’min tidak boleh menceritakan aib orang yang telah meminta nasehat kepada dia kemarin kepada orang lain Karena menceritakan aib orang lain yang telah meminta nasehat padanya adalah dilarang Alloh dan merupakan bentuk khianat. Alloh SWT berfirman ; “.. dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya..” (QS. Al Hujurot : 12). Menutupi aurat dan aib seorang muslim adalah keharusan dan dengan itu Alloh akan menutup aibnya kelak dihari kiamat. “Tiada seorang yang menutupi aib (kejelekan) orang didunia, melainkan Alloh akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR. Muslim). Sikap yang baik dalam hal ini adalah diam jika tidak bisa berkata baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ; “Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau dia diam.” (HR. Bukhari- Muslim). Ketiga, tidak pilih kasih. Sebuah cermin tidak pernah menolak siapapun orang yang bercermin kepadanya. Baik orang yang ganteng, buruk, pria, wanita, kaya, miskin, dewasa, anak-anak dan seterusnya. Pendek kata seorang mu’min tidak boleh pilih kasih dalam memberikan nasihat ataupun cerminan terhadap saudaranya, karena manusia tidak terkasta atau terkotak-kotak. Manusia adalah sama derajatnya, yang membedakannya adalah taqwanya. “…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu…” (QS. Al Hujurot : 13) Keempat, setia setiap saat. Cermin adalah sebuah benda yang siap dipakai setiap saat dan selalu menanti siapa yang akan bercermin kepadanya dengan penuh kesetiaan dan tanpa merasa bosan maupun mengeluh. Artinya seorang mu’min harus mampu menjadikan dirinya sebagai cermin yang tak pernah bosan atau mengeluh terhadap setiap permasalahan orang-orang yang meminta nasehat kepadanya Kelima, sabar dan telaten. Cermin tidak pernah protes ataupun marah terhadap berbagai gaya maupun tingkah orang yang berdiri dihadapannya ataupun enggan untuk menampilkan wajah orang tersebut. Ia dengan penuh kesabaran melayani setiap orang dengan berbagai karakternya. Hal ini berarti seorang mu’min harus menjadikan dirinya sebagai orang yang sabar dan harus memahamkan dirinya bahwa setiap orang tidaklah sama karakternya, sehingga ia akan berusaha untuk memahami setiap permasalahan dengan lebih sabar dan telaten. Mengenai keutamaan orang-orang yang sabar, Alloh SWT telah berfirman dalam Al Qur’an : “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Alloh tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. Hud : 115)“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(QS. Az Zumar : 10). Dengan sikap sabar ini Alloh SWT akan meng-anugerahkan sifat-sifat yang baik dan keberuntungan yang besar terhadap kita. “Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”(QS. Fushshilat : 35) Keenam, terus terang Diantara karakter cermin yang lainnya adalah keterbukaan dan terus terang dalam memunculkan bentuk orang yang bercermin. Artinya ia tidak pernah merubah wajah yang ganteng menjadi jelek dan sebaliknya, serta tidak pula menampakkan hal hal lain, tapi yang ditampakkan adalah hakikat dan kenyataan. Dalam hal ini cermin mengajarkan jangan sampai mengatakan sesuatu yang bertolak belakang terhadap orang yang sedang dinasehati, tetapi harus mengatakan yang sebenarnya dan ada pada orang tersebut. Tidak asal orang tersebut senang. Gambaran diatas merupakan beberapa karakter khusus sebuah cermin, yang bentuknya mustahil ada pada diri manusia, karena manusia bukanlah cermin. Namun sifat-sifat cermin itulah yang harus ditiru dan diikuti oleh setiap mu’min agar ia mampu menjadi cermin bagi mu’min yang lainnya. Wallahu a’lam bishshowwab. (Az)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar